Ada Kepiting Di Pintu Masuk Klenteng Boen Hay Bio
There are crabs at the entrance to the Boen Hay Bio Temple
sumber: google
Tangerang
dikenal memiliki beberapa klenteng tua yang berdiri di dalamnya. Salah satunya
Klenteng Boen Hay Bio yang memiliki ciri khas kepiting di atas atap pintu masuk
klenteng ini dengan sejarah di dalamnya.
Beberapa sumber menyebutkan klenteng
ini dibangun sejak tahun 1694. Tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah umat
Konghucu saja, tapi klenteng ini digunakan untuk tempat ibadah umat Buddha.
Nama lain dari klenteng ini adalah Vihara Karuna Jala.
Seperti klenteng pada umumnya dengan
dominasi warna merah dan emas baik luar atau dalam bangunan klenteng. Tapi
keunikan dari klenteng ini adalah patung kepiting diatas pintu masuknya yang dipercaya
dapat melindungi dari roh-roh jahat. Dengan papan bertuliskan “Boen Hay Bio
Vihara Karuna Jala” di atasnya. Patung ini memiliki kaitan dengan dua klenteng
lainnya, yaitu Klenteng Boen Tek Bio dan Klenteng Boen San Bio. Yang dimana
masing-masing klenteng ini memiliki ciri khasnya masing-masing.
Ketiga klenteng ini dianggap sebagai
tiga serangkai dengan filosofinya masing-masing. Klenteng Boen Tek Bio
disimbolkan sebagai orang cerdas, Klenteng Boen San Bio memiliki simbol
bersandar ke pegunungan, sedangkan Klenteng Boen Hay Bio disimbolkan menghadap
ke laut. Inilah alasan adanya patung kepiting di atas pintu masuk klenteng ini.
Dulunya klenteng ini hanyalah altar
kecil hingga kemudian diperluas pada tahun 1962. Hingga sejak tahun 1969 sampai
tahun 2000 bangunan ini masih berlindung dibawah naungan agama Buddha, karena
belum diakuinya agama Konghucu di Indonesia pada saat itu.
Yang membuat klenteng ini menarik
adalah bangunannya yang tetap sama seperti 329 tahun yang lalu walau sudah
beberapa kali direnovasi. Hal menarik juga karena adanya klenteng ini tak
terlepas dari sejarah daerah sekitar tempat ini yang dahulu terdapat Pasar Lama
Serpong.
Di Klenteng Boen Hay Bio terdapat 11
altar pemujaan. Selain altar Tuhan, terdapat 10 altar puja bagi para dewa/i,
yaitu Kwan Im Pho Sat, Hok Tek Ceng Sin, Kong Tek Cun Ong, Lao Tze, Erl Lang
Sen, Ciu Thian Sian Ni, Thay Swee Ya, Altar Dewa-Dewi, Tho Ti Kong, dan
Sakyamuni.
*translate*
Tangerang
is known to have several old pagodas standing in it. One of them is the Boen
Hay Bio Temple which has the characteristics of a crab on the roof of the
temple's entrance with history in it.
Some sources state that this pagoda
was built in 1694. It was not only used as a place of worship for Confucian
people, but this pagoda was also used as a place for Buddhist worship. Another
name for this pagoda is Karuna Jala Temple.
Like the pagoda in general with the
dominance of red and gold colors both outside and inside the pagoda building.
But the uniqueness of this pagoda is the crab statue above the entrance which
is believed to protect against evil spirits. With a sign saying "Boen Hay
Bio Vihara Karuna Jala" on it. This statue is related to two other
temples, namely the Boen Tek Bio Temple and the Boen San Bio Temple. Where each
of these pagodas has its own characteristics.These three pagodas are considered
as a triumvirate with their own philosophy. The Boen Tek Bio Temple is
symbolized as a smart person, the Boen San Bio Temple has a symbol leaning
against the mountains, while the Boen Hay Bio Temple is symbolized facing the
sea. This is the reason for the crab statue above the temple entrance.
Previously this pagoda was just a
small altar until it was expanded in 1962. From 1969 to 2000 this building was
still sheltered under the auspices of the Buddhist religion, because
Confucianism was not yet recognized in Indonesia at that time.
What makes this pagoda interesting is
the building which remains the same as 329 years ago even though it has been
renovated several times. It is also interesting because the existence of this
pagoda is inseparable from the history of the area around this place where
there used to be the Serpong Old Market.
At Boen Hay Bio Temple there are 11
altars of worship. Apart from the altar of God, there are 10 altars for worship
of the gods, namely Kwan Im Pho Sat, Hok Tek Ceng Sin, Kong Tek Cun Ong, Lao
Tze, Erl Lang Sen, Ciu Thian Sian Ni, Thay Swee Ya, Altar of the Gods , Tho Ti
Kong, and Shakyamuni.
Komentar
Posting Komentar