Jejak Islami Dalam Sejarah Berdirinya Klenteng di Semarang, Klenteng Sam Poo Kong
Islamic Traces in History of the Establishment Temple in Semarang, Sam Poo Kong Temple
Banyaknya
kawasan Pecinan yang dihuni orang keturunan Tionghoa di seluruh dunia menjadi
bukti bahwa orang Tionghoa gemar melakukan penjelajahan sejak dulu. Salah satu
bukti yang paling terkenal di Indonesia adalah legenda kunjungan Laksamana Sam
Poo Tay Djien.
Laksamana Sam Poo Tay Djien atau yang lebih dikenal dengan
nama Cheng Ho, lahir pada tahun 1371 di sebelah selatan Danau Dian, di provinsi
Yunnan, China. Dalam sejarah diyakini bahwa Laksamana Cheng Ho beragama Islam.
Saat sedang berlayar melewati Laut Jawa yang kemudian merapat ke Pantai Utara
Semarang. Pada saat itu banyak awak kapalnya yang jatuh sakit yang membuatnya
harus menepi ke Pantai Utara Semarang untuk berlindung di sebuah gua. Sebagai
seorang nahkoda yang beragama Islam dan berlayar sambil menyebarkan ajaran
Islam. Beliau akhirnya mendirikan masjid di tepi pantai tersebut, namun kini
bangunan tersebut beralih fungsi menjadi klenteng.
Bangunan yang tadinya berada di pinggir pantai itu kini telah berada di tengah kota Semarang.
Hal ini diakibatkan karena Pantai Utara Jawa selalu mengalami pendangkalan
karena adanya sedimentasi. Sehingga lama kelamaan daratan menjadi semakin
bertambah luas.
Setelah para awak kapalnya satu persatu kembali sehat.
Laksamana Cheng Ho memutuskan untuk melanjutkan kembali perjalanannya. Namun
seorang juru mudinya, Wang Jing Hong memutuskan untuk tetap tinggal di Bukit
Simongan. Wang Jing Hong tinggal dan mencari nafkah layaknya para penduduk
asli. Namun ia tidak melupakan jasa pemimpin yang telah menyembuhkannya. Akhirnya
ia mendirikan patung Cheng Ho di gua batu tersebut sebagai bentuk terima kasih.
Dan disinilah awal mula berdirinya Klenteng Sam Poo Kong.
Menurut sejarah, Laksamana Cheng Ho lahir dengan nama Ma San
Bao. Itulah mengapa klenteng petilasan untung Cheng Ho menggunakan nama Sam Poo
Kong. Dalam dialek Hokkian, Sam Poo Kong atau San Bao Dong (Mandarin) berarti
gua San Bao.
Klenteng Sam Poo Kong ini juga memiliki sisi bangunan yang memiliki fungsi dan maksud tersendiri. Yang pertama ada Klenteng Pemujaan Dewa Bumi, yang berfungsi sebagai tempat pemujaan syukur atas rahmat kekayaan pangan yang telah diberikannya. Yang kedua adalah Makam Kyai Mbah Jurumudi, atau makam Wang Jing Hong sang juru mudi kapal Laksamana Cheng Ho. Yang ketiga ada klenteng utama pemujaan Sam Poo Kong yang menjadi pusat seluru kegiatan dalam komplek Sam Poo Kong. Lalu yang keempat ada Klenteng Pemujaan Mbah Kyai Jangkar, di dalamnya terdapat jangkar sebagai lambang armada Laksamana Cheng Ho yang kemudian digunakan menjadi alat kosentrasi dalam bersembahyang dan bersemedi. Dan yang terakhir ada Klenteng Pemujaan Makam Mbah Kyai Tumpeng Dua dan Curudik Bumi, yang dijadikan tempat bersantap saat mengadakan upacara selametan bersama para penduduk setempat.
*translate*
The
many Chinatown areas inhabited by people of Chinese descent throughout the
world are proof that the Chinese have loved to explore since ancient times. One
of the most famous evidence in Indonesia is the legend of the visit of Admiral
Sam Poo Tay Djien.
Admiral Sam Poo Tay Djien, better known as Cheng Ho, was born
in 1371 south of Lake Dian, in Yunnan province, China. In history it is
believed that Admiral Cheng Ho was Muslim. While sailing through the Java Sea
which then docked to the North Coast of Semarang. At that time, many of his
ship's crew fell ill, forcing him to pull over to the north coast of Semarang
to take shelter in a cave. As a captain who is Muslim and sails while spreading
Islamic teachings. He finally built a mosque on the beach, but now the building
has changed its function to become a pagoda.
The building that used to be on the beach is now in the
middle of the city of Semarang. This is because the North Coast of Java always
experiences siltation due to sedimentation. So that over time the land becomes
increasingly widespread.
After the crew members returned to health one by one. Admiral
Cheng Ho decided to continue his journey. But a helmsman, Wang Jing Hong,
decided to stay on Simongan Hill. Wang Jing Hong lived and made a living like
the natives. But he did not forget the services of the leader who had healed
him. Finally he erected a statue of Cheng Ho in the stone cave as a form of
gratitude. And this is where the Sam Poo Kong Temple was founded.
According to history, Admiral Cheng Ho was born with the name
Ma San Bao. That is why Cheng Ho's lucky shrine uses the name Sam Poo Kong. In
the Hokkien dialect, Sam Poo Kong or San Bao Dong (Mandarin) means San Bao
cave.
The Sam Poo Kong Temple also has a side building that has its
own function and purpose. The first is the Temple for the Worship of the God of
the Earth, which functions as a place of worship in gratitude for the gift of
the wealth of food that has been given. The second is The grave of Kyai Mbah
Jurumudi, or the tomb of Wang Jing Hong, the helmsman of Admiral Cheng Ho's
ship. Third, there is the main temple of worship of Sam Poo Kong, which is the
center of all activities within the Sam Poo Kong complex. Then there's the
fourth The Temple of Worship of Mbah Kyai Anchor, in which there is an anchor
as a symbol of Admiral Cheng Ho's fleet which is then used as a means of
concentration in praying and meditating. And finally, there is the Temple of
Worshiping the Tomb of Mbah Kyai Tumpeng Dua and Curudik Bumi , which is used as a dining
place when holding a ceremony with local residents.
Source:
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jateng/baca-artikel/14328/Napak-Tilas-Sam-Po-Kong.html
Komentar
Posting Komentar