Peninggalan Etnis Tionghoa Menjadi Pencatat Sejarah Indonesia

 Chinese Ethnic Relics Become Indonesian History Recorders

Mengapa klenteng seringkali dibahas, padahal klenteng merupakan tempat ibadah unuk agama yang menjadi minoritas di Indonesia?

Klenteng atau Kelenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah masyarakat yang menganut kepercayaan tradisional Tionghoa. Di Indonesia penganut kepercayaan ini sering disamakan sebagai penganut agama Konghucu, maka klenteng kerap dianggap sama seperti tempat ibadah umat Konghucu. Namun, bagi masyarakat Tionghoa sendiri klenteng tidak hanya berarti sebagai tempat ibadah saja. Tapi klenteng juga dinilai memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan etnis Tionghoa di masa lampau.

Klenteng juga menjadi salah satu peninggalan yang menandakan bahwa kaum Tionghoa pernah datang ke Indonesia. Maka tak jarang beberapa klenteng juga menjadi bagian dalam sejarah di Indonesia.

Seperti Klenteng Kim Tek Le yang kini telah berganti nama menjadi Klenteng Jin De Yuan atau juga bisa disebut Vihara Dharma Bhakti. Dibangun pada tahun 1650, sampai kini klenteng ini masih berdiri kokoh. Klenteng Jin De Yuan juga menjadi saksi dari beberapa tragedi dari mulai Tragedi Angke di tahun 1740 dimana terjadi pembantaian komunitas Tionghoa oleh Belanda karena tidak akurnya persaingan dagang antara Belanda dan China pada masa itu, kejadian ini iasa idsebut dengan tragedi Geger Pecinan. Selanjutnya ada Kerusuhan Mei 1998, yaitu kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi pada 13 sampai 15 Mei 1998.

Masih banyak lagi kejadian-kejadian besar yang masuk ke dalam catatan sejarah Indonesia yang melibatkan klenteng di dalamnya. Ini menjadi alasan mengapa pengetahuan tentang klenteng harus tetap ada, bukan karena unsur keagamaan semata tapi karena nilai sejarah di dalamnya. Namun tetap saja masih banyak masyarakat yang berfikir sejarah yang berkaitan dengan klenteng tidak terlalu penting karena hanya berkaitan dengan etnis Tionghoa saja.

Para pribumi sering berpendapat seperti demikian karena merasa bahwa ini adalah tanah kelahiran mereka. Sedangkan para etnis Tionghoa hanya pendatang saja. Walaupun sudah ada sejak sekitar abad ke-17, para etnis Tionghoa tetap dianggap pendatang dan benalu oleh para pribumi.  Bahkan tak jarang masih terjadi perundungan yang dilakukan oleh pribumi kepada etnis Tionghoa ataupun keturunan campurannya. Hal ini biasa terjadi di bangku SMP hingga SMA.

 

*translate*

Why is pagoda often discussed, even though pagoda is a place of worship for religions that are a minority in Indonesia?

Klenteng or Kelenteng is a place of worship for people who adhere to traditional Chinese beliefs. In Indonesia, adherents of this belief are often equated with adherents of the Confucian religion, so pagodas are often considered the same as Confucian places of worship. However, for the Chinese community, pagoda does not only mean as a place of worship. But pagoda is also considered to have a very big role in the life of ethnic Chinese in the past.

The pagoda is also one of the relics indicating that the Chinese have come to Indonesia. So it is not uncommon for several pagodas to become part of history in Indonesia.

Like the Kim Tek Le Temple which has now changed its name to the Jin De Yuan Temple or it can also be called the Dharma Bhakti Temple. Built in 1650, until now this pagoda is still standing strong. The Jin De Yuan Temple also witnessed several tragedies, starting from the Angke Tragedy in 1740 where the Dutch massacred the Chinese community due to unfair trade competition between the Dutch and China at that time, this incident is usually referred to as the Chinatown commotion tragedy. Then there was the May 1998 riots, namely racial riots against ethnic Chinese that occurred from 13 to 15 May 1998.There are many other major events that have been recorded in Indonesian history involving pagodas. This is the reason why knowledge about pagodas must exist, not because of religious elements alone but because of the historical value in them. However, there are still many people who think that history related to pagoda is not too important because it is only related to ethnic Chinese.

There are many other major events that have been recorded in Indonesian history involving pagodas. This is the reason why knowledge about pagodas must exist, not because of religious elements alone but because of the historical value in them. However, there are still many people who think that history related to pagoda is not too important because it is only related to ethnic Chinese.

The natives often think like that because they feel that this is their homeland. While the ethnic Chinese are only immigrants. Even though they have existed since around the 17th century, the ethnic Chinese are still considered immigrants and parasites by the natives. In fact, it is not uncommon for the natives to abuse ethnic Chinese or their mixed ancestry to occur. This is common in middle school to high school.