Fasilitas Pendidikan di Klenteng Poncowinatan Jogja

 Educational Facilities at the Poncowinatan Temple, Jogja

sumber : google


Dilengkapi dengan fasilitas pendidikan, Klenteng Kwan Tee Kiong atau yang lebih dikenal dengan nama Klenteng Poncowinatan merupakan klenteng tertua di Yogyakarta. Tercatat dibangun oleh etnis Tionghoa pada tahun 1881 M.

Terletak di Jalan Poncowinatan 16, Jetis, Yogyakarta. Kleteng ini dibangun di atas tanah hibah dari Sultan Hamengku Buwono VIII. Klenteng ini menghadap ke selatan, dimaksudkan untuk menghormati Kraton Yogyakarta yang berada di sebelah selatan dari klenteng tersebut.  Sebagai klenteng tertua di Yogyakarta, klenteng ini dilengkapi dengan fasilitas pendidikan, yaitu Sekolah Dasar Tionghoa modern pertama bernama Sekolah Tiong Hoa Hak Tong yang didirikan oleh Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) yang didirikan tahun 1907. Sekolah ini berada di sebelah barat klenteng yang saat ini digunakan sebagai Sekolah Budya Wacana.

Klenteng Poncowinatan sekarang dimiliki dan dikelola oleh Yayasan Tempat Ibadah Tri Dharma. Secara keseluruhan bangunan ini memiliki gaya arsitektur Tiongkok. Bangunan ini memiliki tiga komponen utama yaitu ruang masuk, ruang utama untuk sembahyang dan ruangan untuk tempat tinggal pendeta dan penjaga klenteng.

Bagian tengah sebagai bagian utama yang digunakan sebagai tempat pemujaan yang terdiri dari beberapa ruang, yaitu Ruang Suci Utama yang dikelilingi ruang pemujaan lainnya, dan sebuah ruangan yang digunakan sebagai gudang dan ruang untuk tempat tinggal penjaga. Bangunan Klenteng berbentuk persegi panjang, dengan sudut-sudut atap melengkung ke atas dan dihiasi dengan hiasan naga.

Pada ruang suci utama terdapat patung Kwan Tie Koen. Selain itu juga terdapat lonceng serta alat ibadah lainnya. di sebelah timur ruang suci utama terdapat ruang pemujaan dengan patung Fuk Tek Cen Sen. Di sebelah utara ruang suci utama (belakang) terdapat ruang pemujaan yang berisi patung dewi Kwan Im (tengah), ruang pemujaan Sidharta Budha Gautama (kanan) dan ruang pemujaan Manjusri Bodhisatwa (kiri).

Bagian barat berdiri bangunan yang dipakai untuk pendidikan. Terdiri dari ruang-ruang kelas, ruang guru yang digabung dan berbentuk bangunan-bangunan persegi panjang. Pada sudut-sudut atap melengkung ke atas. Bagian timur merupakan lapangan terbuka untuk kegiatan latihan fisik, kung fu, dan lain-lain.

Ketiga fasilitas tersebut merupakan "Pengejawantahan" dari makna Klenteng, dimana kata Klenteng berasal dari kata Tionghoa yaitu Kauw (pendidikan/belajar), Lang (orang/manusia) dan Teng (tempat/bangunan). Sehingga secara keseluruhan Klenteng (Kauw Lang Teng) mempunyai makna "Tempat Orang Belajar".

 

 

*translate*

Equipped with educational facilities, the Kwan Tee Kiong Temple or better known as the Poncowinatan Temple is the oldest temple in Yogyakarta. It is recorded that it was built by ethnic Chinese in 1879 AD.

Located at Jalan Poncowinatan 16, Jetis, Yogyakarta. This temple was built on a land grant from Sultan Hamengku Buwono VIII. This pagoda faces south, meant to honor the Kraton Yogyakarta which is to the south of the pagoda. As the oldest pagoda in Yogyakarta, this pagoda is equipped with educational facilities, namely the first modern Chinese Elementary School named Tiong Hoa Hak Tong School which was founded by Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) which was founded in 1907. This school is located west of the current pagoda used as a Discourse Cultural School.

The Poncowinatan Temple is now owned and managed by the Tri Dharma Place of Worship Foundation. Overall this building has a Chinese architectural style. This building has three main components, namely the entrance hall, the main room for prayer and the room for the priest's residence and the temple guard.

The central part as the main part is used as a place of worship which consists of several rooms, namely the Main Sacred Room which is surrounded by other worship rooms, and a room that is used as a warehouse and a room for the guard's residence. The temple building is rectangular in shape, with the corners of the roof curving upwards and decorated with dragon ornaments.

In the main sacred space there is a statue of Kwan Tie Koen. In addition, there are also bells and other worship tools. to the east of the main sanctuary is a shrine room with a statue of Fuk Tek Cen Sen. To the north of the main sacred space (back) there is a worship space containing a statue of the goddess Kwan Im (center), a worship space for Gautama Buddha Sidhartha (right) and a worship space for Manjusri Bodhisattwa (left).

The west side stands a building used for education. It consists of classrooms, teachers' rooms which are combined and form rectangular buildings. At the corners the roof is curved upwards. The eastern part is an open field for physical training activities, kung fu, and others.

These three facilities are "embodiments" of the meaning of Klenteng, where the word Klenteng comes from the Chinese words, namely Kauw (education/learning), Lang (person/human) and Teng (place/building). So that as a whole the Klenteng (Kauw Lang Teng) has the meaning "Place of Studying People".

 


Sumber:

https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/detail/107/klenteng-poncowinatan



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berada di Kawasan Pecinan di Bandung, Inilah Vihara Satya Budi

Mengenal Ciri Khas Arsitektur Klenteng

Mengenal Sejarah Klenteng di Indonesia