Klenteng Tertua di Bali, Klenteng Caow Eng Bio
The oldest temple in Bali, Caow Eng Bio Temple
sumber: google
Sejarah
berdirinya klenteng Caow Eng Bio ini tidak memiliki bukti sejarah yang kuat.
Namun menurut penduduk sekitar, klenteng ini sudah ada sejak zaman Kerajaan
Bandung sekitar tahun 1548. Dimana Raja Pemecutan Bandung memberikan lahan
untuk klenteng ini.
Klenteng Caow Eng Bio diyakini sebagai salah satu
klenteng tertua di Bali. Terletak di ujung utara Tanjung Benoadan dan berada di
wilayah Banjar Adat Darmayasa. Klenteng ini didedikasikan kepada Dewi Shui Wei
dan 108 Bersaudara dari Hainan, sebagai pelindung masyarakat Hainan terutama
pada masa diaspora. Bangunan klenteng ini bersebrangan dengan bangunan teater,
serta terdapat sebuah bangunan kuil kecil di sebelahnya.
Pada gerbang masuk klenteng terdapat papan yang
bertuliskan nama klenteng ini. Pada barisan atas memuat aksara Tionghoa "應昭戎丹"
sementara baris yang bawah memuat tulisan Latin "Caow Eng Bio".
Tulisan 應昭戎丹 dibaca dari kanan ke kiri yaitu dān róng zhāo yìng. 丹
(dān) memiliki arti "merah, pil, bubuk, cinnabar"; 戎
(róng) memiliki arti "senjata, pasukan, militer"; 昭
(zhāo) memiliki arti "terang, jernih, manifestasi, cerah"; dan 應
(yìng) memiliki arti "setuju, keharusan, menjawab, merespon,
menghadapi". Caow Eng Bio (Hanzi=昭應廟; pinyin=zhāo yīng miào)
merupakan nama klenteng yang ditulis menggunakan aksara latin.
Mengutip dari wikiand.com. menurut AA Gede Ngura
Widiada sebagai ketua penasihat Klenteng Caow Eng Bio. Klenteng ini didirikan
oleh para saudagar Hainan yang berlayar ke wilayah Nusantara. Saat melewati
Selat Malaka, mereka dirampok sehingga banyak yag tewas dan sisanya tetap
melanjutkan perjalanan ke Nusantara. Di tengah perjalanan, kapal mereka terkena
badai namun disaat yang bersamaan terdengar suara yang menenangkan. Suara
tersebut diyakini sebagai suara dari Dewa Baruna. Saat salah seorang awak di kapal
menyalakan hio, badai menjadi reda sehingga seisi kapal berjanji akan membuat istana
untuk Dewa Baruna setelah mereka sampai di daratan. Kapal akhirnya bersandar di
Tanjung Benoa kemudian mereka membangun Klenteng Caow Eng Bio.
Di samping klenteng terdapat prasasti peninggalan kuno
penting di Indonesia. Pada masa Orde Baru, prasasti ini sempat disembunyikan
karena memuat aksara Tionghoa. Meskipun sempat patah dan terbagi menjadi tiga
bagian, kini prasasi tersebut sudah disatukan dan ditampilkan kembali.
*translate*
The
history of the establishment of the Caow Eng Bio pagoda does not have strong
historical evidence. However, according to local residents, this pagoda has
existed since the time of the Bandung Kingdom around 1548. Where the King of Pemecutan
Bandung gave land for this pagoda.
Caow Eng Bio Temple is believed to be one of the
oldest temples in Bali. It is located at the northern tip of Tanjung Benoadan
and is in the Darmayasa Traditional Banjar area. This temple is dedicated to
Goddess Shui Wei and the 108 Brothers from Hainan, who were the protectors of
the Hainanese people, especially during the diaspora. This temple building is
opposite the theater building, and there is a small temple building next to it.
At the entrance gate of the pagoda there is a board
that says the name of this pagoda. The top row contains the Chinese character
"應昭戎丹" while the bottom row contains the Latin
"Caow Eng Bio". The inscription 應昭戎丹 is read from right to left,
namely dān róng zhāo yìng. 丹 (dān) means "red, pill,
powder, cinnabar"; 戎 (róng) means "weapon,
army, military"; 昭 (zhāo) means "bright,
clear, manifest, bright"; and 應 (yìng) means "to agree,
must, answer, respond, face". Caow Eng Bio (Chinese=昭應廟;
pinyin=zhāo yīng miào) is the name of the pagoda written in Latin script.
Quoting from wikiand.com. according to AA Gede Ngura
Widiada as chief advisor of the Caow Eng Bio Temple. This temple was founded by
Hainanese merchants who sailed to the archipelago. While passing through the
Malacca Strait, they were robbed so many died and the rest continued their
journey to the archipelago. In the middle of the journey, their ship was hit by
a storm but at the same time a soothing voice was heard. The voice is believed
to be the voice of Dewa Baruna. When one of the crew on board lit incense, the
storm subsided so that the whole ship promised to build a palace for Dewa
Baruna after they arrived on land. The ship finally docked at Tanjung Benoa and
then they built the Caow Eng Bio Temple.
Next to the pagoda there are inscriptions of important
ancient relics in Indonesia. During the New Order era, this inscription was
hidden because it contained Chinese characters. Although it was broken and
divided into three parts, now the inscription has been put together and displayed
again.
Sumber:
Komentar
Posting Komentar